Padang, Maestro
Info—Provinsi
Sumatera Barat yang identik dengan sebutan Minangkabau ke depan membutuhkan figur
pemimpin yang bersifat holistik, yang tahu dan berpengalaman di bidang apa pun
juga, seperti bidang adat, bidang pemerintahan, agama, politik, hukum, ekonomi dan
bidang lainnya.
Pernyataan itu disampaikan Syamsu
Rahim, politikus dan mantan birokrat yang pernah menjabat Ketua DPRD Kota
Sawahlunto periode 1999-2004 dan 2005, Wali Kota Solok periode 2005–2010 dan Bupati
Solok periode 2010–2015 saat bincang-bincang dengan pengurus Dewan Pimpinan
Wilayah (DPW) Perkumpulan Perusahaan Perusahaan Media Online Indonesia (MOI)
Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), usai mengambil formulir pendaftaran sebagai calon
Gubernur Sumbar ke Partai Demokrat yang telah membuka pendaftaran bagi bakal calon
kepala daerah Senin 24 April 2024 hingga 6 Mei 2024 mendatang.
Dikatakan oleh politisi kelahiran 6
Maret 1956 jebolan sarjana muda/D3 APDN Bukittinggi (1976-1979) dan S1 Universitas
Gadjah Mada ini, ia tertarik untuk mengambil formulir pendaftaran ke Partai
Demokrat, karena ke depan Sumbar membutuhkan pemimpin yang berpengalaman di
bidang apa pun juga, terutama adat dan agama.
“Sumbar ke depan membutuhkan
pemimpin yang holistik dan bukan pemimpin yang memiliki uang banyak. Sosok
pemimpin mendatang diharap bisa mambangkik
batang tarandam, karena sudah lama priode pemerintahan, daerah kita selalu tapuruak,” kata suami Erlinda S.Sos dan
ayah tiga orang anak ini.
“Mungkin realita ini terjadi
lantaran pemimpin sebelumnya terlupa untuk beradaptasi dengan seluruh kelompok
dan seluruh partai politik. Maka pemimpin Sumbar ke depan harus bisa beradaptasi
dengan seluruh kelompok dan partai politik,” kata politisi yang pernah menjabat
sebagai Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Partai NasDem Sumbar 2016 – 2017
ini.
Mantan Camat Barangin, Sawahlunto
(1991-1993) dan mantan Asisten Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Kota
Sawahlunto (1995-1999) ini lebih jauh mengatakan, ia tertarik maju sebagai
calon Gubernur Sumbar lantaran karena dalam pengamatannya selama ini, nyaris
belum ada kepala daerah yang benar-benar peduli dengan Minangkabau. Sehingga
hal tersebut kurang terakomodir dalam kebijakan para kepala dearah.
Kata Syamsu Rahim yang pernah meraih Penghargaan
Widyakrama dari Pemerintah Republik Indonesia (2007) dan penghargaan Leadership
Award 2007 dari Leadership Park Institute Jakarta (2007) ini, fakta itu dapat
terlihat dari kurangnya perhatian kepala derah terhadap organisasi adat, agama
dan organisasi sosial masyarakat.
Akibatnya kata Syamsu Rahim, organisasi
adat seperti Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM), Kerapatan Adat
Nagari (KAN), lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan lainnya susah untuk “bergerak”
lantaran tak dapat sokongan dana dari pemerintah daerah.
“Akibat tak memiliki fasilitas dan
sokongan dana, organisasi yang cukup penting ini akhirnya mandul,” kata politisi
dan mantan birokrat yang pernah menjadi dosen di Akademi Pemerintahan Dalam
Negeri (APDN) Bukittinggi ini.
Karena itulah kata Syamsu Rahim, banyak
pihak yang mendorongnya untuk maju sebagai calon Gubernur Sumbar periode 2024 –
2029.
Berbekal pengalamannya sebagai birokrat,
Ketua DPRD, walikota, bupati dan dosen, berbagai kalangan menumpangkan harapan
pada Syamsu Rahim agar ke depan ia mampu merubah keadaan dan memberikan
perhatian yang besar pada lembaga adat, agama dan organisasi kemasyarakatan
lainnya. Ia pun diharap mampu mambangik
batang tarandam bagi masyarakat dan daerah. (Febriansyah Fahlevi)
0 Komentar