Beginilah keadaan anak yang harus bekerja di usia muda, lantaran hidup dalam kemiskinan. Foto ini diambil di depan PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Pusat Padang, Jalan KH. Ahmad Dahlan, Alai Parak Kopi, Padang Utara, Kota Padang. (Dok, F. Fahlevi)
Padang, Maestro Info—Sebenarnya M. Alfin (17 tahun) masih berstatus
pelajar, namun karena kehidupan ekonomi keluarganya sangat sederhana—bahkan teramat
sederhana, bocah berkulit hitam kelahiran 8 Juli 2007 ini sudah harus “pintar-pintar”
mencari uang sejak ia masih berusia 12 tahun. Itu dilakukanya demi membantu
meringankan beban ekonomi keluarganya !.
Dengan pekerjan sang ayah Endi Rizaldi (48 tahun) yang tak menentu alias serabutan dan ibunda tercintanya Mislina (46 tahun) hanya seorang ibu rumah tangga, yang harus menghidupi empat orang anak, keluarga yang tinggal mengontrak di sebuah rumah sangat sederhana di Jalan Andalas, Kelurahan Andalas, Kecamatan Padang Timur ini seolah melangkah dalam meraba yang maya, untuk berjuang mengukir nasib mengurai duka.
Kendati pendakian hidup yang mereka lalui terasa amat tinggi, tajam dan berliku namun M. Alfin bersama saudara, ayah dan ibunya terlihat tabah menyusuri hidupnya dengan senyuman tulus yang mengalir dari jiwa yang wangi.
Namun sayang, lantaran terperangkap hidup dalam kemiskinan dan harus berjuang “memeras keringat” di usia sekolah, akhirnya ia beberapa kali tinggal kelas. Bayangkan saja, di uianya sekarang M. Alfin baru duduk di bangku kelas dua SMK Swasta. Kendati demikian, ia tak pernah menyalahkan siapa-siapa, apalagi menyalahkan nasib !
Potret “suram” keluarga yang terperangkap dalam kemiskinan ini banyak di sua di Kota Padang enam tahun belakangan. Mereka seolah bagai tersedu di depan pintu dalam mengais bahagia. Ladang mimpi mereka pun punah terbakar dan harus menjalani hidup dalam hari-hari yang tiada lagi bernyanyi.
Namun beruntung, pada tahun 2023, saat Kota Padang dipimpin Hendri Septa, yang kerap disebut hanya sebagai “sopir serap” lantaran menggantikan kemudi yang ditinggal Mahyeldi yang melaju menuju kursi Gubernur Sumbar, angka kemiskinan justeru bisa ditekan oleh sang supir serap, yang mulai mengendalikan kota ini sejak 7 April 2021sampai dengan 13 Mei 2024.
Dari data yang ada di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Padang, dari indeks kedalaman kemiskinan terjadi penurunan. Pada tahun 2022 berada di angka 0,61, turun menjadi 0,44 pada tahun 2023. Dari sisi indeks keparahan kemiskinan juga mengalami penurunan. Pada tahun 2022 berada di angka 0,13, turun menjadi 0,07 di tahun 2023.
Bapenda Kota Padang mencatat, presentase kemiskinan tahun 2023 di Kota Padang 4,17 persen. Jumlah ini terendah dalam 12 tahun terakhir. Angka tersebut turun dari tahun sebelumnya (2022) 4,26 persen, dan 4,94 persen di tahun 2021.
Yosefriawan yang saat itu masih menjabat Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Padang, itulah target yang digariskan dan diamanahkan dalam RPJMD 2019-2024 Kota Padang yang mampu direalisasika, malah melampuai target.
Dikatakan, capaian tahun 2023 tersebut melampaui target identitas kependudukan digital (IKD) pada Perubahan RPJMD Kota Padang 2019-2024, yaitu di angka 4,22 persen.
Sejalan dengan sukses yang diraih itu, tingkat pengangguran terbuka juga mengalami penurunan secara signifikan. Pada tahun 2021 berada di angka 13,37 persen, turun menjadi 11,69 persen di tahun 2022, dan kembali turun menjadi 10,86 persen pada tahun 2023.
Diketahui angka tersebut jauh melampaui target IKD Perubahan RPJMD Kota Padang 2019-2024, yakni 13,09 persen. Capaian 2023 tersebut juga telah melampaui target tahun 2024, yaitu 12,86 persen.
Menanggapi realita tersebut pemerhati sosial politik dari Universiatas Andalas (Unand) Padang Dr. H. Jhon Farlis, M.Sc, Selasa 8 Oktober 2024 mengatakan, keberhasilan untuk menurunkan angka kemiskinan dalam masyarakat bisa dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sebuah pemerintahan.
Namun kata Jhon Farlis menambahkan, untuk mencapai hal tersebut apakah yang dilakukan sudah melalui program-program yang masuk akal dengan mengembangkan potensi masing-masing individu masyarakat penerima manfaat, sebagai upaya untuk membangkitkan kekuatan dan potensi masyarakat yang bertumpu pada karakteristik lokal melalui pendekatan partisipatif bersama.
“Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan, kesenjangan, serta ketidakadaan melalui pelatihan berkelanjutan, pembentukan kelompok-kelompok usaha, pelatihan keterampilan kerajinan, pendirian koperasi, pengembangan potensi wisata, dan lain sebagainya. Bila keberhasilan untuk menekan angka kemiskinan tersebut dicapai melalui program-program baik seperti itu, maka sangat baik pula untuk dilanjutkan," akhir Jhon Farlis. (Febriansyah Fahlevi)
0 Komentar